MODUL 1
KEANEKARAGAMAN
HAYATI
PENDAHULUAN
Modul merupakan bahan
ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta
pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya
telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat
melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa,
pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur
sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang
sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini
sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung
memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap
muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.
Modul merupakan alat
atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Modul ini berisi
pembelajaran mengenai Keanekaragaman
Hayati. Kita hidup di bumi dengan jumlah ras yang sangat banyak. Ada orang
yang berkulit putih, hitam, sawo matang, dan lain-lain. Ada yang berambut
keriting, lurus, berombak, dan lain-lain. Di muka bumi ini, tak ada satu pun
makhluk hidup yang memiliki bentuk maupun rupa yang sama. Bagaimana pun persis
atau miripnya seseorang pasti ada yang membedakannya. Begitu pula dengan orang
yang kembar identik. Semua itu karena adanya keanekaragaman pada makhluk hidup.
Keanekaragaman ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang memengaruhinya.
Modul ini merupakan
bagian dari mata pelajaran Biologi SMP VII yang secara khusus membahas
Keanekaragaman Hayati. Secara konseptual modul ini dirancang untuk
memfasilitasi siswa agar mampu menganalisis konsep dari keanekaragaman yang
terjadi pada makhluk hidup. Adapun SK, KD, maupun tujuan dari pembelajaran
modul ini antara lain:
Standar
Kompetensi
Memahami
saling ketergantungan dalam ekosistem
Kompetensi
Dasar
Mengidentifikasikan
pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem
Tujuan Pembelajaran
1.
Menjelaskan pengertian sumber daya alam hayati.
2.
Menyebutkan beberapa jenis tumbuhan yang telah langka di
Indonesia.
3.
Menyebutkan beberapa jenis hewan yang telah langka di
Indonesia.
4.
Menyebutkan
beberapa jenis kegiatan manusia yang mengancam keanekaragaman hayati di
Indonesia.
5.
Menjelaskan
upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.
Untuk
memfasilitasi Anda dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut, dalam modul ini
akan dibahas:
1.
Konsep
Keanekaragaman Hayati
2.
Keanekaragaman
Hayati di Indonesia
3.
Ancaman
Keanekaragaman Hayati di Indonesia dan Usaha Pelestariannya
Melalui
modul ini Anda diharapkan mengikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1.
Bacalah
bagian Uraian dari setiap Kegiatan
Belajar dengan cermat sampai Anda dapat menangkap makna dari berbagai sisi
teori belajar dan pembelajaran.
2.
Bacalah
Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang
aspek-aspek esensial dari setiap Kegiatan Belajar. Namun Anda juga diminta
untuk membuat rangkuman yang menurut Anda merupakan inti dari kegiatan belajar
tersebut.
3.
Kerjakan
Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa
jauh Anda mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat
kunci jawaban yang telah disediakan.
4.
Bila Anda merasa
telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban Anda tersebut
dengan Kunci Jawaban yang
disediakan. Bila setelah dihitung ternyata Anda telah mencapai tingkat penguasaan
sama atau lebih besar dari 80%, Anda dipersilakan untuk meneruskan ke Kegiatan
Belajar selanjutnya.
KEGIATAN BELAJAR 1
Konsep
Keanekaragaman Hayati
A. Pengertian
Keanekaragaman Hayati
Setiap hari kita dapat menyaksikan dan melihat
berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar kita. Misalnya, di halaman
rumah, halaman sekolah, kebun, sawah, sungai, atau di batang pepohonan. Di sana
kita dapat temukan berbagai makhluk hidup, misalnya rerumputan, pohon jambu,
ulat, semut, laba-laba, kupu-kupu, ikan, katak, cacing tanah, ayam, burung, dan
beberapa makhluk hidup renik seperti bakteri. Tentu saja mereka memiliki ciri-ciri
dan tempat hidup yang berbeda satu terhadap yang lain. Melalui pengamatan atau
observasi, kita dapat membedakan mereka berdasarkan bentuk tubuh, ukuran tubuh,
warna tubuh, tempat hidup, tingkah laku, bentuk interaksi, cara reproduksi, dan
jenis makanannya. Pada akhirnya, kita akan memperoleh suatu gambaran umum bahwa
ada keragaman di antara mereka. Keberagaman mereka itulah yang kita kenal
sebagai keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Mengapa terjadi keanekaragaman hayati? Ada dua
faktor penyebab terjadinya keanekaragaman, yaitu faktor keturunan atau faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang
akan memberikan sifat dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan
secara turun-temurun dari induk kepada keturunannya. Namun, sifat bawaan
terkadang tidak muncul (tidak tampak) karena faktor lingkungan. Faktor bawaan
sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan mengakibatkan sifat yang tampak
menjadi berbeda. Jadi, terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Karena adanya kedua faktor tersebut, muncullah keanekaragaman
hayati.
Setiap sistem lingkungan memiliki keanekaragaman
yang berbeda. Keanekaragaman hayati ditunjukkan, antara lain, oleh variasi
bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain makhluk hidup,
sedangkan keseragaman adalah ciri yang sama yang terdapat dalam satu spesies.
B. Tingkatan
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman
hayati (biodiversitas) adalah keseluruhan variasi makhluk hidup, baik bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat, yang dapat ditemukan pada tingkat gen, spesies,
maupun tingkat ekosistem. Dengan demikian, perbedaan antara berbagai organisme
ataupun ekosistem disebabkan oleh variasi yang dimiliki oleh masing-masing
organisme atau ekosistem. Keanekaragaman tersebut berlangsung mulai dari
tingkatan gen, jenis, sampai ekosistem.
1.
Keanekaragaman
Tingkat Gen
Keanekaragaman
tingkat gen mewakili variasi-variasi yang diturunkan dalam populasi dan
antarpopulasi dari suatu makhluk hidup. Gen adalah materi hereditas di dalam
kromosom yang mengendalikan sifat makhluk hidup yang diturunkan dari induk atau
orang tua kepada keturunannya. Keragaman gen terletak pada variasi rangkaian
empat pasang basa komponen asam nukleat yang juga merupakan kode gen.
Variasi
gen yang muncul pada individu dapat diakibatkan oleh mutasi dan reproduksi
seksual. Mutasi dapat terjadi pada gen ataupun kromosom. Keturunan dari hasil
reproduksi seksual (perkawinan) memiliki susunan perangkat gen dari kedua induk tersebut menyebabkan keragaman
individu dalam satu spesies. Keragaman gen dapat diidentifikasi pada semua
tingkat organisasi, termasuk jumlah DNA dalam setiap sel, struktur kromosom,
dan jumlah kromosom. Untuk lebih memahami konsep keragaman gen, cobalah amati
Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Keragaman
tingkat gen. Keragaman pada spesies ayam, Gallus
gallus: (a) ayam petelur, (b) ayam kate, (c) ayam hutan
Gambar
tersebut memperlihatkan berbagai ragam ayam, yaitu ayam hutan, ayam petelur,
ayam kampung, dan ayam kate. Keempatnya termasuk ke dalam spesies yang sama,
yaitu Gallus gallus. Akan tetapi,
dapat dilihat adanya variasi pada spesies tersebut, di antaranya bentuk dan
ukuran tubuh, warna bulu, dan bentuk pial (jengger).
2.
Keanekaragaman
Tingkat Spesies
Keanekaragaman pada
tingkat jenis terjadi karena adanya variasi dari spesies tersebut. Dalam urutan
taksonomi, variasi terletak satu tingkat di bawah spesies. Di atas dijelaskan
bahwa terdapat keseragaman dalam tingkatan spesies, tetapi di dalam keseragaman
ini terdapat keanekaragaman pula. Keanekaragaman ini tidak lain disebabkan oleh
keanekaragaman gen yang mengontrol spesies. Misalnya, spesies Homo Sapiens dan
manusia mempunyai keseragaman ciri, yaitu bipedal (berjalan dengan dua kaki),
mempunyai volume otak di atas 1.100 cc, dan memiliki wajah proporsional dengan
dua mata menghadap depan. Akan tetapi, manusia di dunia ini juga memiliki
keanekaragaman. Misalnya, manusia Indonesia memiliki warna kulit sawo matang,
rambut hitam, dan postur tubuh tidak terlalu tinggi, sedangkan manusia Amerika
memiliki warna kulit putih, rambut pirang, dan postur tubuh tinggi.
Gambar
1.2 Keragaman tingkat spesies. Dalam golongan burung dapat dijumpai: (a)
ayam (b) merpati, (c) itik
Pada
tingkat taksonomi yang lebih tinggi, keanekaragaman jenis dapat diamati dengan
mudah. Di lingkungan sekitar dapat dijumpai berbagai jenis hewan dan tumbuhan.
Di dalam satu famili rumput (Gramineae) dapat dijumpai, di antaranya, rumput
teki, padi, dan jagung. Di dalam golongan burung dapat dijumpai, antara lain,
angsa, ayam, merpati, kalkun, dan burung unta.
3.
Keanekaragaman
Tingkat Ekosistem
Keanekaragaman
pada tingkat ekosistem terjadi akibat interaksi yang kompleks antara komponen
biotik dengan abiotik. Interaksi biotik terjadi antara makhluk hidup yang satu
dengan yang lain (baik di dalam jenis maupun antarjenis) yang membentuk suatu
komunitas, sedangkan interaksi biotik-abiotik terjadi antara makhluk hidup
dengan lingkungan fisik, yaitu suhu, cahaya, dan lingkungan kimiawi, antara
lain, air, mineral, dan keasaman.
Dengan
beraneka ragamnya kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati, terbentuklah
keanekaragaman ekosistem. Tiap-tiap ekosistem memiliki keanekaragaman makhluk
hidup tertentu pula. Misalnya, ekosistem padang rumput, ekosistem pantai,
ekosistem hutan hujan tropik, dan ekosistem air laut. Tiap-tiap ekosistem
memiliki ciri fisik, kimiawi, dan biologis tersendiri. Flora dan fauna yang
terdapat di dalam ekosistem tertentu berbeda dengan flora dan fauna yang
terdapat di dalam ekosistem yang lain. Untuk lebih memahami keanekaragaman
tingkat ekosistem, perhatikan gambar 1.3.
Gambar
1.3 Keragaman tingkat ekosistem. Dalam golongan burung dapat dijumpai: (a) hutan
bakau (b) savana, (c) terumbu karang
RANGKUMAN
1. Keanekaragaman
hayati (biodiversitas) adalah keseluruhan variasi makhluk hidup, baik bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat, yang dapat ditemukan pada tingkat gen, spesies,
maupun tingkat ekosistem.
2. Keanekaragaman
hayati berlangsung mulai dari tingkatan gen, jenis, sampai ekosistem.
3. Keanekaragaman
tingkat gen mewakili variasi-variasi yang diturunkan dalam populasi dan
antarpopulasi dari suatu makhluk hidup.
4. Keanekaragaman
pada tingkat jenis terjadi karena adanya variasi dari spesies tersebut.
5. Keanekaragaman
pada tingkat ekosistem terjadi akibat interaksi yang kompleks antara komponen
biotik dengan abiotik.
TES FORMATIF 1
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat!
1. Faktor
yang menyebabkan terjadinya
keanekaragaman pada makhuk hidup, yaitu....
a. faktor
lingkungan
b. faktor
kebiasaan
c. faktor
keturunan
d. a
dan c benar
2. Berikut
pernyataan yang berkaitan dengan faktor terjadinya keanekaragaman, kecuali....
a. faktor
yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman ialah faktor lingkungan dan genetik
b. faktor
keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau
sifat bawaan.
c. faktor
bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan mengakibatkan sifat yang tampak
menjadi berbeda.
d. sifat
bawaan akan selalu tampak pada individu dan menyebabkannya berbeda
3. Tingkatan
kehidupan yang mencakup keanekaragaman hayati, kecuali....
a. populasi
b. spesies
c. gen
d. ekosistem
4. Kelompok
yang merupakan keanekaragaman tingkat gen ialah....
a. mangga
golek, mangga arum manis, mangga apel
b. buaya
muara, buaya darat, kadal
c. ayam,
itik, bebek
d. ayam
ras, ayam kampung, entok
5. Kelompok
yang merupakan keanekaragaman tingkat spesies ialah....
a. mangga
golek dan mangga arum manis
b. padi
pelita dan padi cisadane
c. buaya
dan kadal
d. ayam
ras dan ayam kampung
6. Savana,
hutan bakau, hutan pegunungan, dan terumbu karang merupakan contoh dari
keanekaragaman....
a. hayati
b. gen
c. spesies
d. ekosistem
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. d
2. d
3. a
4. a
5. c
6. d
UMPAN BALIK
Tes Formatif 1
1. Faktor
yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman hayati ialah faktor lingkungan dan
faktor keturunan atau faktor genetik
2. Ada
dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman, yaitu faktor keturunan atau
faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya
gen yang akan memberikan sifat dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini
diwariskan secara turun-temurun dari induk kepada keturunannya. Namun, sifat
bawaan terkadang tidak muncul (tidak tampak) karena faktor lingkungan. Faktor
bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan mengakibatkan sifat yang tampak
menjadi berbeda.
3. Keanekaragaman
hayati mencakup 3 tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem
4. Keanekaragaman
tingkat gen mewakili variasi-variasi yang diturunkan dalam populasi dan
antarpopulasi dari suatu makhluk hidup. Kelompok yang merupakan keanekaragaman
tingkat gen ialah mangga golek, mangga arum manis, dan mangga apel.
5. Kelompok
yang merupakan keanekaragaman tingkat spesies ialah buaya dan kadal. Sedangkan
pilihan yang lain merupakan contoh dari keanekaragaman tingkat gen
6. Savana,
hutan bakau, hutan pegunungan, dan terumbu karang merupakan contoh dari
keanekaragaman tingkat ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
Subahar, Tati Suryati Syamsudin. 2006. Biologi. Jakarta:Quadra
Sudjadi, Bagod dan Siti Laila. 2004. Biologi:Sains dalam Kehidupan. Jakarta:
Yudhistira
Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi. Jakarta: Depdiknas
KEGIATAN BELAJAR 2
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia
secara geografis terletak di antara garis 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BB, beriklim
tropis, dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Indonesia terletak di antara
benua Asia (wilayah Oriental) dan benua Australia (wilayah Australian).
Indonesia juga merupakan tempat pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yaitu
Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Akibat
pengaruh letak geografis, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
keragaman hayati tertinggi di dunia sehingga mendapat julukan negara
megadiversitas. Padahal luas daratan Indonesia hanya 1,5% dari luas dunia.
Keragaman hayati tersebut mencakup ekosistem, spesies, dan genetik yang berada
di darat, perairan air tawar, maupun pesisir dan laut. Bahkan banyak spesies di
Indonesia yang merupakan makhluk hidup endemik, yaitu taksa yang terbatas pada
daerah geografi tertentu.
A. Keanekaragaman
Flora
Wilayah
Indonesia termasuk dalam daerah fitogeografik Malesiana. Daerah Malesiana
meliputi Malaysia, Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Filipina,
Sulawesi, Maluku, Papua, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Komposisi
tumbuhan hutan Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan Vietnam,
Malaysia, Filipina, India, dan Thailand yang termasuk dalam kawasan
Indo-Malaysia, sedangkan wilayah Indonesia bagian timur lebih mirip dengan
Australia.
Gambar
2.1 beberapa jenis tumbuhan khas Indonesia damar, cengkih, pala
Hutan hujan
tropis pada wilayah Malesiana didominasi oleh Dipterocarpaceae, seperti kamper,
keruing, dan meranti. Wilayah Sumatra dan Kalimantan didominasi oleh hutan
hujan tropis yang heterogen dengan curah hujan dan kelembapan relatif tinggi,
sedangkan wilayah pantainya banyak ditumbuhi vegetasi bakau. Contoh tumbuhan
yang merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Sumatra maupun Kalimantan adalah karet
dan kelapa sawit. Jenis hutan di Jawa dan Bali lebih bervariasi dariipada
Sumatra dan Kalimantan. Hal ini disebabkan variasi kelembapan dan curah hujan
yang lebih besar. Semakin ke arah timur, maka curah hujan dan kelembapannya
semakin menurun. Akibatnya, di wilayah Jawa dan Bali dapat ditemukan hutan
hujan tropis, hutan monsun tropik, hutan savana tropik, dan hutan bakau.
Wilayah Indonesia bagian tengah yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Maluku memiliki curah hujan dan kelembapan yang lebih rendah dibandingkan
wilayah Indonesia lainnya. Jenis vegetasi yang dapat ditemukan di wilayah
tersebut antara lain savana tropis, hutan pegunungan, dan hutan campuran.
Wilayah Papua (wilayah Indonesia bagian timur) umumnya dipenuhi dengan hutan
hujan tropis yang setipe dengan Australia Utara. Wilayah tersebut didominasi
tumbuhan Eucalyptus sp.
B. Keanekaragaman
Fauna
Jenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan
berjumlah sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga
(± 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, serta
1.000 jenis reptilia dan amphibia.
Pembagian fauna menjadi dua kelompok didasarkan pada
adanya Paparan Sunda dan Paparan Sahul menjadi lebih jelas lagi daripada
pembagian flora. Di sini dapat ditarik garis pemisah yang lebih jelas yang
disebut garis Wallace (ditemukan oleh Alfred Russel Wallace). Beberapa jenis
hewan, seperti ikan tawar dari kelompok timur dan barat penyebarannya tidak
pernah bertemu. Akan tetapi, ada pula hewan-hewan, seperti burung, amphibia,
dan reptilia yang sering kali antara penyebaran kelompok timur dan barat saling
tumpang-tindih. Paparan sunda sangat kaya akan berbagai jenis mamalia dan
burung; diperkirakan di kawasan ini terdapat ratusan jenis burung dan 70% di
antaranya merupakan penghuni hutan primer darat; keanekaragaman ini jauh lebih
tinggi daripada di Afrika.
Gambar 2.2. Garis
Wallace dan Weber
Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang
dibatasi oleh garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke
selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, garis Wallace memisahkan wilayah Oriental
(termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia
(Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Weber, seorang
ahli zoologi dari Jerman. Menurut Weber, hewan-hewan yang ada di Sulawesi tidak
semuanya tergolong kelompok hewan Australia karena ada juga yang memiliki
sifat-sifat Oriental sehingga Weber berkesimpulan bahwa hewan-hewan Sulawesi
merupakan hewan peralihan. Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di
sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara menuju Kepulauan Aru yang kemudian
dikenal dengan nama garis Weber. Sebagai bukti, Sulawesi merupakan wilayah
peralihan, contohnya, di Sulawesi terdapat Oposum dari Australia dan kera
Macaca dari Oriental.
Fauna daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa,
dan Kalimantan serta pulau-pulau di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Banyak spesies
mamalia berukuran besar, seperti badak, gajah, banteng, dan harimau. Terdapat
pula mamalia berkantung, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2.
Terdapat
berbagai macam kera, terutama di Kalimantan yang paling banyak memiliki
primata, misalnya, orang utan, kukang, dan bekantan.
3.
Burung-burung
yang dapat berkicau, tetapi warnanya tidak seindah burung Australia, misalnya,
jalak bali (Leucopsar rothschildi),
murai (Myophoneus melurunus), ayam
hutan berdada merah (Arborphila
hyperithra), dan ayam pegar (Lophura
bulweri).
Gambar
2.3. Fauna daerah Indonesia bagian barat: gajah, bekantan, dan jalak bali
Fauna daerah Indonesia bagian timur, yaitu Irian,
Maluku, dan Nusa Tenggara relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri yang
dimilikinya adalah sebagai berikut.
1.Mamalia
berukuran kecil. Di Irian dan Papua terdapat kurang lebih 110 spesies mamalia,
misalnya, kuskus (Spilocus maculates)
dan Oposum. Di Irian juga terdapat 27 hewan pengerat (rodensial), dan 17 di
antaranya merupakan spesies endemik.
2.Banyak
hewan berkantung. Di Irian dan Papua banyak ditemukan hewan berkantung, seperti
kanguru (Dendrolagus ursinus).
3.Tidak
terdapat spesies kera. Spesies kera tidak ditemukan di daerah Australia, tetapi
di Sulawesi ditemukan banyak hewan endemik, misalnya, primata primitif Tarsius
spectrum, musang (Macrogalida
musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.
4. Jenis
burung berwarna indah dan beragam. Papua memiliki koleksi burung terbanyak
dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-kira 320 jenis, dan setengah
di antaranya merupakan spesies endemik, misalnya, burung cenderawasih.
Gambar
2.4. Fauna daerah Indonesia bagian timur: kuskus, tarsius, dan maleo
C. Flora
dan Fauna Berstatus Langka yang Terancam Punah
Indonesia adalah negara yang
mempunyai kekayaan alam luar biasa. Sebagai negara yang letaknya strategis
secara geografis dan memiliki variasi kondisi alam, membuat Indonesia bertabur
dengan aneka jenis hewan serta tumbuhan. Flora dan Fauna negara kepulauan
dengan suasana iklim tropis ini memiliki keunikan dan keragaman
tersendiri sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu cagar
alam dunia. Namun, di antara flora dan fauna yang tersebar di Indonesia,
terdapat jenis-jenis yang mengalami kelangkaan. Kelangkaan ini muncul karena
berbagai hal seperti: Secara alamiah susah bereproduksi, kepunahan habitat dan
ekosistem pendukung, sampai diburu dan dihancurkan oleh manusia sendiri. Oleh
karena itu, kita sebagai Rakyat Indonesia yang cinta dengan keindahan dan
khazanah bangsa harus turut memahami dan melakukan tindakan pelestarian.
Tindakan
preventif yang diambil Pemerintah Indonesia untuk mendukung
pelestarian flora dan fauna langka di Indonesia di antaranya membuat cagar alam
dan suaka margasatwa baik secara in situ maupun ex
situ. Kebijakan lainnya adalah pelarangan penangkapan atau pemeliharaan
makhluk hidup (binatang dan tanaman) langka tersebut tanpa izin tertentu.
Beberapa jenis
flora yang dilindungi dan terancam punah, antara lain bunga bangkai, meranti
jawa, keruing, damar, meranti merah, meranti putih, dan masih banyak lagi.
Adapun fauna yang dilindungi dan terancam punah antara lain jalak bali, elang
laut punggung hitam, anoa, komodo, tarsius, badak jawa, cendrawasih, dan masih
banyak lagi.
RANGKUMAN
1. Wilayah
flora Indonesia termasuk dalam daerah fitogeografik Malesiana. Beberapa jenis
flora yang dilindungi dan terancam punah, antara lain bunga bangkai, meranti
jawa, keruing, damar, meranti merah, meranti putih, dan masih banyak lagi.
2. Indonesia
terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace dan garis
Weber. Beberapa fauna yang dilindungi dan terancam punah antara lain jalak
bali, elang laut punggung hitam, anoa, komodo, tarsius, badak jawa,
cendrawasih, dan masih banyak lagi.
TES
FORMATIF 2
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat!
1. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia,
sehingga disebut sebagai....
a. megadiversitas
b. makrodiversitas
c. jumbodiversitas
d. mikrodiversitas
2. Contoh
tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah Sumatra dan Kalimantan adalah....
a. kelapa
dan sagu
b. sagu
dan karet
c. kelapa
dan bakau
d. kelapa
dan karet
3. Tumbuhan
yang banyak dijumpai di Papua yang merupakan tumbuhan ciri khas dari Australia
ialah....
a. pohon
kelapa
b. pohon
kayu putih
c. gandum
d. sagu
4. Garis
Wallace mebagi wilayah pembagian fauna Indonesia menjadi....
a. wilayah
Oriental yang terdiri atas Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi dengan
wilayah Australia yang terdiri atas Maluku dan Papua
b. wilayah
Oriental yang terdiri atas Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan dengan wilayah
Australia yang terdiri atas Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur
c. wilayah
Oriental yang terdiri atas Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan dengan wilayah
Australia yang terdiri atas Sulawesi, Irian, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur
d. wilayah
Oriental yang terdiri atas Sumatra, Jawa, dan Kalimantan dengan wilayah
Australia yang terdiri atas Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur
5. Ciri-ciri
yang dimiliki oleh fauna Indonesia wilayah Oriental antara lain, kecuali....
a. mamalia
berukuran besar
b. burung-burung
bersuara merdu
c. burung-burung
berwarna menarik
d. terdapat
berbagai macam kera
6. Yang
termasuk flora yang dilindungi dan terancam punah yaitu....
a. Rafflessia
arnoldii
b. Allium cepa
c. Oryza sativa
d. Bambusa vulgaris
7. Yang
termasuk fauna yang dilindungi dan terancam punah yaitu....
a. Gallus gallus
b.
Lencopsar rothcshildi
c. Felis domestica
d. Rana cancarivora
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 2
1. a
2. d
3. b
4. b
5. c
6. a
7. d
UMPAN BALIK
Tes Formatif 2
1. Indonesia
sebagai negara dengan keanekaragaman makhluk hidup terbesar disebut sebagai megadiversitas.
2. Contoh
tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah Sumatra dan Kalimantan adalah kelapa dan
karet, sedangkan sagu banyak tumbuh di Maluku dan Papua
3. Tumbuhan
yang banyak dijumpai di Papua yang merupakan tumbuhan ciri khas dari Australia
ialah pohon kayu putih (Eucalyptus sp).
Hal ini dikarenakan di Papua juga terdapat hewan endemik Australia, yaitu
koala, di mana koala memiliki makanan khas yaitu daun pohon kayu putih.
4. Garis
Wallace mebagi wilayah pembagian fauna Indonesia menjadi wilayah Oriental yang
terdiri atas Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan dengan wilayah Australia yang
terdiri atas Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur.
5. Fauna
daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan serta pulau-pulau
di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Banyak
spesies mamalia berukuran besar, seperti badak, gajah, banteng, dan harimau.
Terdapat pula mamalia berkantung, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak
ada.
b. Terdapat
berbagai macam kera, terutama di Kalimantan yang paling banyak memiliki
primata, misalnya, orang utan, kukang, dan bekantan.
c. Burung-burung
yang dapat berkicau, tetapi warnanya tidak seindah burung Australia, misalnya,
jalak bali (Leucopsar rothschildi),
murai (Myophoneus melurunus), ayam
hutan berdada merah (Arborphila
hyperithra), dan ayam pegar (Lophura
bulweri).
6. Beberapa
jenis flora yang dilindungi dan terancam punah, antara lain bunga bangkai,
meranti jawa, keruing, damar, meranti merah, meranti putih, dan masih banyak
lagi.
7. Fauna
yang dilindungi dan terancam punah antara lain jalak bali, elang laut punggung
hitam, anoa, komodo, tarsius, badak jawa, cendrawasih, dan masih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Priadi, Arif. 2009. Biologi. Jakarta: Yudhistira
Subahar, Tati Suryati Syamsudin. 2006. Biologi. Jakarta:Quadra
Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi. Jakarta: Depdiknas
KEGIATAN BELAJAR 3
Ancaman terhadap Biodersivitas dan Upaya
Pelestariannya
A. Kegiatan
Manusia yang Memengaruhi Biodersivitas
Sudah
merupakan suatu hal biasa kalau orang-orang pencinta lingkungan hidup selalu
mengumandangkan kekhawatiran mereka tentang kelestarian hayati. Berbagai
imbauan, peringatan, dan kekhawatiran tentang hal ini telah dilakukan baik
melalui iklan media massa, penyuluhan maupun diklat-diklat.
Ancaman
terbesar aktivitas manusia terhadap biodiversitas adalah kerusakan habitat
asli. Kerusakan hutan atau terumbu karang sangat berpengaruh pada organisme
yang menghuninya. Kerusakan habitat asli dapat terjadi karena beberapa kegiatan
manusia sebagai berikut:
1.
Perusakan, Fragmentasi, dan Pemusnahan Habitat
Di Indonesia, problem kepadatan penduduk menjadi
faktor yang langsung mengancam biodiversitas. Program transmigrasi dari Pulau
Jawa ke pulau lain yang merupakan lahan habitat makhluk hidup kekayaan dunia
telah menjadi penyebab rusak atau musnahnya habitat. Berbagai hutan di Sumatra,
Kalimantan, dan Sulawesi dibuka dan dimusnahkan untuk area pemukiman.
2.
Masuknya Jenis Hewan dan Tumbuhan Baru pada Suatu Habitat tanpa
Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Akibat kelalaian proses litbang, masuknya hewan dan
tumbuhan baru pada suatu habitat akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Tanpa
diteliti karakternya, kemungkinan hewan dan tumbuhan baru tersebut menjadi
pesaing bagi hewan dan tumbuhan yang ada. Kompetitor ini mungkin akan
memusnahkan organisme tuan rumah. Dapat pula hewan baru ternyata menjadi hama
dan gulma.
3.
Penggunaan yang Berlebihan Jenis Tumbuhan dan Hewan pada Suatu Habitat
Manusia
membutuhkan makanan, pakaian, rumah, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya dengan
memanfaatkan hewan dan tumbuhan di sekitarnya. Tanpa memperhitungkan proses
reproduksi hewan dan tumbuhan, manusia terus-menerus mengeksploitasi kedua
jenis makhluk hidup sampai pada suatu saat banyak hewan dan tumbuhan menjadi
langka atau punah.
Hewan liar diburu di berbagai tempat. Jumlah yang
diburu sangat banyak. Pemburu bukan hanya tidak mempunyai izin berburu, tetapi
juga melakukan perburuan di kawasan konservasi termasuk taman nasional.
Perburuan komersial yang tidak terkendali merupakan masalah gawat untuk jenis
tertentu. Banyak hewan buruan yang sangat disukai di Indonesia, misalnya babi
rusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus depressicornis dan B. quarlesi),
Kuau raja (Argusianus argus), walabi saham (Macropus agile), rusa
jawa (Cervus timorensis), kasuari (Casuarius cauaris), ular sanca
batik (Phyton reticulatus), burung rangkong (Bucros bicornis),
berbagai burung hias, di antaranya kakaktua raja (Proboscijer
atterrimus), Kepodang (Oriolus chinensis), Curik Bali (Leucopsar
roschildi), Beo (Gracula religiosa), Perkutut Jawa (Geopelia
striata), ayam hutan (Gallus varius), Ikan arwana (Scleropages
formosus) juga menjadi ikan yang banyak diburu.
4.
Pencemaran (Air, Tanah, Udara) dalam Ekosistem
Manusia
semakin banyak. Sisa kebutuhan hidupnya merupakan limbah yang mengancam. Limbah
pabrik maupun limbah domestik (dari rumah-rumah) merupakan bahan pencemar
lingkungan. Satu contoh saja, mengenai limbah detergen. Detergen tidak mudah
diuraikan, zat ini akan membunuh organisme perairan. Jika di perairan tersebut
terdapat eceng gondok, dengan adanya detergen akan terjadi eutrofikasi, dalam
waktu singkat terjadi ledakan pertumbuhan eceng gondok hingga menutup permukaan
perairan. Cahaya matahari sulit masuk ke dalam perairan, menyebabkan tumbuhan
air sulit melakukan fotosintesis. Rentetan berikutnya adalah kekurangan oksigen
dan biota perairan mati.
5.
Perubahan Iklim Global (Pemanasan Bumi)
Penggunaan
zat kimia tertentu oleh manusia (misalnya PVC), pembakaran zat tertentu, telah
menyebabkan ozon atmosfer berubah wujud secara kimiawi. Akibatnya fungsi ozon
sebagai penangkal cahaya matahari hilang, dan bumi menjadi panas. Bumi
mengalami efek rumah kaca. Atmosfer yang rusak ozonnya disebut memiliki lubang
ozon. Intensitas cahaya matahari yang dapat ditangkal sekitar 90% oleh ozon,
kini mengancam bumi 100% karena lubang ozon. Bumi akan mengalami pemanasan
global karena panas yang masuk tidak dapat dipantulkan melewati atmosfer bumi.
Selain itu, musnahnya hutan-hutan yang menjadi paru-paru dunia, akibat
eksploitasi kayu-kayu oleh manusia, menyebabkan bumi bertambah panas.
6.
Perkembangan Industri Pertanian dan Industri Perhutanan
Menurut
Global Diversity Assesment, Heywod, 1995, pertanian komersial modern telah
mendatangkan aspek negatif terhadap keanekaragaman hayati pada semua tingkat
dari keanekaragaman ekosistem, spesies, dan genetik. Sebagai contoh, coba kita
diskusikan dengan teman-teman, apa yang akan terjadi jika sebuah hutan diubah
menjadi lahan monokultur. Lahan monokultur yang ada di Indonesia biasanya
sawah. Sawah hanya ditanami satu jenis tanaman yaitu padi. Tentu dampaknya
sangat merugikan eksistensi keanekaragaman hayati apabila hutan diubah menjadi
sawah. Lahan akan kehilangan banyak plasma nutfah, ekosistem berubah, terjadi
ledakan hama yang kehilangan habitatnya. Tanah pada lahan hutan yang diubah
menjadi sawah lambat laun akan kehilangan banyak macam unsur hara. Dunia
pertanian modern juga telah melahirkan pupuk buatan, dan pestisida kimiawi yang
menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pemanfaatan hasil hutan untuk
segala sektor kehidupan, juga telah menyebabkan punahnya plasma nutfah.
7.
Penambangan Logam dan Pemanfaatan Biota Laut
Penambangan
logam biasanya diikuti dengan pengubahan suatu daerah menjadi daerah
penambangan. Hutan dibuka, lalu dibangun daerah pertambangan. Sisa
bidang-bidang habitat alami semakin kecil dan terasing, sehingga jenis
margasatwa setempat cenderung punah. Padahal kepunahan berarti hanya menjadi
sejarah. Kita harus memerhatikan kondisi yang dianugerahkan Tuhan yang menuntut
kepedulian manusia agar tidak mempercepat kepunahan suatu jenis makhluk.
Kondisi tersebut, di antaranya:
a. persebarannya
sedikit dan kemampuan menyesuaikannya kecil;
b. hanya
ditemukan di daerah sempit;
c. membutuhkan
daerah luas untuk dapat bertahan hidup;
d. dan
tumbuhan dengan kekhususan tinggi;
e. pemangsa
besar yang diburu oleh manusia;
f. mempunyai
nilai komersial;
g. pernah
mempunyai kisaran luas dan berdekatan, tetapi sekarang terbatas pada
kantong-kantong kecil habitat.
B. Upaya
Peletarian Keanekaragaman Hayati
Begitu
pentingnya keanekaragaman makhluk hidup bagi manusia, sehingga diperlukan upaya
untuk melindunginya. Berbagai cara yang dapat ditempuh untuk melestarikan
keanekaragaman makhluk hidup adalah sebagai berikut.
1. Membuat
aturan perundangan yang dapat melindungi kelestarian makhluk hidup.
2. Melakukan
penyuluhan dan kampanye pentingnya pelestarian keanekaragaman makhluk hidup.
3.
Pembuatan taman
nasional. Fungsi taman nasional adalah perlindungan terhadap makhluk hidup dan
ekosistemnya. Beberapa contoh taman nasional yang telah dibentuk adalah sebagai
berikut:
a) Taman
Nasional Gunung Leuser di Nangroe Aceh Darussalam.
b) Taman
Nasional Bukit Barisan di Bengkulu.
c) Taman
Nasional Ujung Kulon di Jawa Barat.
d) Taman
Nasional Baluran di Jawa Timur.
4.
Pembuatan cagar
alam. Cagar alam adalah sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi fauna dan
flora yang ada di dalamnya. Fungsi cagar alam adalah untuk menjaga kondisi alam
suatu wilayah tetap dalam keadaan alami. Beberapa contoh cagar alam adalah
sebagai berikut:
a) Cagar
alam Pangandaran Jawa Barat.
b) Cagar
alam Kawah Ijen di Jawa Timur.
c) Cagar
alam Rafflesia di Bengkulu.
5.
Penetapan hutan
lindung, yang berfungsi sebagai daerah resapan air, mencegah erosi, melindungi
habitat berbagai jenis makhluk hidup, dan menjaga tata guna air.
6.
Hutan wisata,
merupakan hutan produksi guna diambil manfaatnya dan dapat digunakan untuk
objek wisata.
7.
Taman laut,
didirikan untuk menjaga wilayah laut yang memiliki keanekaragaman tinggi dan
unik, misalnya taman laut Bunaken di Sulawesi Utara.
8.
Pembuatan kebun
raya. Kebun raya merupakan koleksi hidup, berturut-turut, tumbuhan dan hewan.
Tidak banyak orang yang mengetahui fungsi kebun raya, kecuali untuk rekreasi. Fungsi
kebun raya tempat koleksi tanaman dari berbagai wilayah untuk dilestarikan,
untuk penelitian, dan tempat rekreasi. Contohnya adalah kebun raya Bogor, kebun
raya Cibodas, dan kebun raya Purwodadi.
9.
Pemeliharaan dan
penangkaran hewan baik secara in situ maupun ex situ. Hewan
dipelihara di habitat aslinya disebut pemeliharaan in situ, sedangkan
secara ex situ, hewan
dipelihara di
luar habitat aslinya.
RANGKUMAN
1. Ancaman
terbesar aktivitas manusia terhadap biodiversitas adalah kerusakan habitat
asli.
2. Beberapa
kegiatan manusia yang mengancam biodiversitas, yaitu a) perusakan, fragmentasi, dan pemusnahan habitat, b) masuknya jenis hewan dan tumbuhan baru pada
suatu habitat tanpa penelitian dan pengembangan (litbang), c) penggunaan yang
berlebihan jenis tumbuhan dan hewan pada suatu habitat, d) pencemaran (air,
tanah, udara) dalam ekosistem, e) perubahan iklim global (pemanasan bumi), f)
perkembangan industri pertanian dan industri perhutanan, dan g) penambangan
logam dan pemanfaatan biota laut.
3. Beberapa
upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu a) membuat aturan
perundangan yang dapat melindungi kelestarian makhluk hidup, b) melakukan
penyuluhan dan kampanye pentingnya pelestarian keanekaragaman makhluk hidup, c)
pembuatan taman nasional, d) pembuatan cagar alam, e) Penetapan hutan lindung, f)
hutan wisata, g) taman laut, h) pembuatan kebun raya, dan i) pemeliharaan dan
penangkaran hewan baik secara in situ maupun ex situ.
TES
FORMATIF 3
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat!
1. Kegiatan
manusia yang merusak keanekaragaman makhluk hidup antara lain, kecuali....
a. pencemaran
air, tanah, udara, dan suara
b. penebangan
liar
c. penambangan
logam
d. perkembangan
industri
2. Manusia
membutuhkan makhluk hidup lainnya untuk dapat tetap hidup, seperti dengan
memanfaatkan tumbuhan dan hewan dalam pemenuhan pangan, sandang, dan papan.
Namun, hal ini dapat berakibat musnahnya makhluk hidup, apabila....
a. Penggunaannya
dilakukan secara cermat dan teliti
b. Pemanfaatannya
tidak digunakan oleh dirinya, tetapi dijual kepada orang lain dengan harga yang
lebih mahal
c. Pemanfaatannya
dilakukan secara berlebihan
d. Pemanfaatannya
dilakukan secara berdaya guna
3. Pemanasan
global adalah hal yang alami terjadi di muka bumi, tapi hal ini dapat berakibat
terancamnya keanekaragaman makhluk hidup. Hal ini dapat menjadi tidak alami
lagi dikarenakan....
a. manusia
menggunakan api untuk memasak
b. pemanasan
global membuat hutan terbakar
c. manusia
meningkatkan pemanasan global dengan penebangan hutan, pencemaran, dan
sebagainya
d. pemanasan
global membuat intensitas hujan menjadi rendah
4. Cagar
alam adalah....
a. sebidang
lahan yang dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang ada di dalamnya
b. sebidang
lahan sebagai koleksi hidup, tempat penelitian, pelestarian, dan rekreasi
c. tempat
pemeliharaan makhluk hidup di luar habitat aslinya
d. tempat
pemeliharaan makhluk hidup di habitat aslinya
5. Bentuk-bentuk
pelestarian makhluk hidup antara lain....
a. Kebun
binatang dan hutan lindung
b. Kebun
raya dan laut
c. Laut
dan hutan
d. Laut
dan cagar alam
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 3
1. a
2. c
3. c
4. a
5. a
UMPAN BALIK
Tes Formatif 3
1. Beberapa
kegiatan manusia yang mengancam biodiversitas, yaitu a) perusakan, fragmentasi, dan pemusnahan habitat, b) masuknya jenis hewan dan tumbuhan baru pada
suatu habitat tanpa penelitian dan pengembangan (litbang), c) penggunaan yang
berlebihan jenis tumbuhan dan hewan pada suatu habitat, d) pencemaran (air,
tanah, udara) dalam ekosistem, e) perubahan iklim global (pemanasan bumi), f)
perkembangan industri pertanian dan industri perhutanan, dan g) penambangan
logam dan pemanfaatan biota laut.
2. Manusia
membutuhkan makanan, pakaian, rumah, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya dengan
memanfaatkan hewan dan tumbuhan di sekitarnya. Tanpa memperhitungkan proses
reproduksi hewan dan tumbuhan, manusia terus-menerus mengeksploitasi kedua
jenis makhluk hidup sampai pada suatu saat banyak hewan dan tumbuhan menjadi
langka atau punah.
3. Pemanasan
global adalah hal yang alami terjadi di muka bumi, tapi hal ini dapat berakibat
terancamnya keanekaragaman makhluk hidup. Hal ini dapat menjadi tidak alami
lagi dikarenakan manusia meningkatkan pemanasan global dengan penebangan hutan,
pencemaran, dan sebagainya.
4. Cagar
alam adalah sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang
ada di dalamnya. Kebun raya merupakan koleksi hidup, berturut-turut, tumbuhan
dan hewan. Tidak banyak orang yang mengetahui fungsi kebun raya, kecuali untuk
rekreasi. Fungsi kebun raya tempat koleksi tanaman dari berbagai wilayah untuk
dilestarikan, untuk penelitian, dan tempat rekreasi. Hewan dipelihara di habitat aslinya disebut
pemeliharaan in situ, sedangkan secara ex situ, hewan dipelihara
di luar habitat aslinya.
5. Beberapa
upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu a) membuat aturan
perundangan yang dapat melindungi kelestarian makhluk hidup, b) melakukan
penyuluhan dan kampanye pentingnya pelestarian keanekaragaman makhluk hidup, c)
pembuatan taman nasional, d) pembuatan cagar alam, e) Penetapan hutan lindung,
f) hutan wisata, g) taman laut, h) pembuatan kebun raya, dan i) pemeliharaan
dan penangkaran hewan baik secara in situ maupun ex situ.
DAFTAR PUSTAKA
Priadi, Arif. 2009. Biology. Jakarta: Yudhistira
Sumarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.
Jakarta: Djambatan
Yani, Riana dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Depdiknas
1 komentar:
blog nya keren dan bermanfaat, permisi copas ya :)
mampir ke blog saya juga kak http://ayuregamentari.blogspot.com/
Posting Komentar